Welcome guests, please press the bell Échangez le Vôtre [1]

Échangez le Vôtre [1]


Warnet kecil di sudut kota itu hanya diterangi lampu neon redup, menciptakan suasana suram yang sesuai dengan hati Melisa Wulandari. Gadis berseragam sekolah itu duduk di kursi reyot di depan komputer tua dengan layar berpendar lemah. Tangannya gemetar saat dia mengetik alamat web yang tertera pada secarik kertas coklat yang dia genggam sejak tadi.

Melisa menelan ludah, matanya berkaca-kaca saat mengingat kejadian yang membawanya ke tempat ini. Beberapa jam yang lalu, dia berdiri di atas jembatan tua, menatap air sungai yang mengalir deras di bawahnya. Pikirannya kacau, seluruh dunia seolah berkonspirasi untuk menghancurkannya.

Dia telah bekerja keras, belajar tanpa henti, menaruh semua harapannya pada beasiswa ke universitas impiannya. Namun, saat pengumuman keluar, namanya tidak ada dalam daftar. Dia tidak memenuhi syarat. "Tetap semangat, jangan menyerah. Coba lagi tahun depan," kata-kata itu terus bergema di kepalanya, menusuk hatinya seperti belati yang tajam.

Orang tuanya pasti akan kecewa. Seluruh harapan mereka bertumpu padanya, anak satu-satunya, untuk membawa nama keluarga ke kehidupan yang lebih baik. Sekarang, semuanya sia-sia.

Dalam keputusasaan, pikiran gelap menyelimutinya. Jika dia menghilang, bukankah itu akan lebih mudah? Tidak perlu menghadapi rasa malu, tidak perlu melihat kekecewaan di mata ayah dan ibunya. Dengan langkah berat, dia mendekati pagar jembatan, tangannya mencengkeram besi dingin.

Namun, sebelum dia sempat bertindak lebih jauh, sebuah sentuhan di lengannya menghentikannya.

"Jangan lakukan itu," suara seorang pria terdengar lembut namun tegas.

Melisa menoleh dan mendapati sosok pria berbaju serba hitam berdiri di sampingnya. Wajahnya samar tertutup bayangan topi bundar yang ia kenakan. Tidak ada ekspresi yang bisa dibaca, hanya sorot mata yang tajam seolah mengetahui seluruh isi hatinya.

Sebelum Melisa sempat bertanya siapa dia, pria itu menyodorkan secarik kertas coklat. "Ambil ini," katanya.

Melisa ragu sejenak, tapi tangannya terulur, menerima kertas itu. Ada tulisan di sana, dalam bahasa yang asing tapi entah kenapa terasa akrab.

"Échangez le Vôtre."

"'Tukarkan milikmu'?" Melisa membaca pelan.

Pria itu mengangguk. "Jika kau menginginkan keajaiban yang tak masuk akal, masukkan alamat ini di komputermu."

Lalu, tanpa penjelasan lebih lanjut, pria itu melangkah pergi, menghilang ke dalam kegelapan.

Dan kini, di dalam warnet yang sunyi, Melisa menatap layar komputer yang menampilkan halaman awal situs misterius itu. Latar belakangnya hitam pekat, hanya ada satu kalimat yang muncul di tengah layar dalam font putih bersih:

"Apa yang ingin kau tukarkan?"

Di bawahnya, terdapat kolom kosong, seakan menunggu jawaban.

Jantung Melisa berdegup kencang. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia mengetik sesuatu di sana. Tapi, bukankah dia sudah kehilangan segalanya? Jika ada kesempatan untuk mengubah nasibnya, meski sekecil apa pun, dia akan mengambilnya.

Tangannya bergerak, mengetik satu kalimat yang keluar dari hatinya yang paling dalam.

"Aku ingin masa depanku kembali."

Layar berkedip sekali, lalu perlahan berubah, menampilkan perjanjian digital dengan tulisan yang tampak seolah berpendar dari dalam layar.

"Setiap keinginan memiliki harga. Apa yang bersedia kau berikan sebagai gantinya?"

Melisa menggigit bibirnya. Apa yang bisa dia tukarkan? Dia tidak punya uang, tidak punya harta berharga. Namun, saat dia menatap pantulan dirinya di layar, sesuatu berbisik di dalam pikirannya.

"Bagaimana jika... aku menukar jiwaku?"

Kemudian, Melisa tertawa, merasa ini adalah lelucon. "Biarlah. Toh, memangnya ada hal konyol seperti ini di zaman serba modern seperti saat ini?"

Seketika, udara di ruangan itu terasa lebih dingin. Cahaya dari layar seolah menembus ke dalam dirinya, menariknya ke dalam sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Melisa tidak tahu apa yang telah dia lakukan. Namun, jauh di dalam kegelapan yang tak terlihat, sesuatu tersenyum puas, menunggu saat yang tepat untuk menagih harga dari perjanjian yang baru saja dibuat.


Posting Komentar

0 Komentar