Welcome guests, please press the bell Échangez le Vôtre [5]

Échangez le Vôtre [5]


Pemuda itu berdiri lama di jembatan, meremas kertas coklat yang baru saja ia terima. Angin malam berembus, membawa desiran sungai yang bergemuruh di bawah sana. Pikirannya berkecamuk. Haruskah ia percaya pada omong kosong ini? Atau haruskah ia melanjutkan niatnya untuk mengakhiri segalanya di sini dan sekarang?

Namun, di tengah pusaran keputusasaan, harapan selalu menemukan cara untuk menyelinap masuk, sekecil apa pun itu.

Dengan langkah berat, pemuda itu meninggalkan jembatan, menggenggam kertas itu erat-erat di tangannya.

___

Di sebuah warnet yang hampir sepi, suara klik dan ketikan terdengar pelan. Hanya ada satu orang di dalamnya, duduk di sudut ruangan, menatap layar dengan napas tertahan.

Pemuda itu memasukkan alamat web yang tertera di kertas coklat.

Seperti sebelumnya, layar berkedip, menampilkan halaman dengan latar belakang hitam pekat. Di tengah layar, hanya ada satu kalimat yang muncul dalam font putih:

"Apa yang ingin kau tukarkan?"

Pemuda itu menggigit bibirnya. Tangannya berkeringat, tetapi jari-jarinya bergerak dengan sendirinya, mengetik satu kalimat yang memenuhi seluruh pikirannya.

"Aku ingin hidupku berubah."

Tombol Enter ditekan.

Layar berkedip sekali lagi, lalu berubah. Kini, sebuah perjanjian digital muncul di depannya.

"Setiap keinginan memiliki harga. Apa yang bersedia kau berikan sebagai gantinya?"

Pemuda itu mengerutkan kening. Apa yang harus ia tukarkan?

Tangannya gemetar saat mengetik.

"Apa pun yang dibutuhkan."

Layar berkedip lebih lama kali ini, seolah sedang mempertimbangkan jawabannya.

Lalu, perlahan-lahan, huruf-huruf baru muncul di layar:

"Permintaan diterima. Persetujuan telah dicatat. Harga akan diklaim di kemudian hari."

Pemuda itu menarik napas tajam. Udara di dalam warnet tiba-tiba terasa lebih dingin, dan entah kenapa, jantungnya berdegup lebih cepat. Tapi dia mengabaikannya.

Baginya, ini adalah awal dari kehidupan baru.

Tapi, seperti yang sudah terjadi sebelumnya, harga dari setiap keajaiban akan selalu ditagih.

Dan di dalam kegelapan yang tak terlihat oleh mata manusia, seseorang tersenyum.

Siklus itu terus berulang.


Posting Komentar

0 Komentar