Di sudut kota yang tak banyak diperhatikan, berdirilah sebuah rumah susun tua. Bangunannya menjulang tinggi dengan cat yang mulai mengelupas dan dinding yang dipenuhi retakan. Lorong-lorongnya gelap dan lembap, lampu-lampu sering kali mati atau berkedip tak menentu.
Di dalamnya, penghuni rumah susun itu hidup dalam keterpurukan.
Sebagian besar adalah orang-orang miskin yang kehilangan harapan, orang-orang yang telah bekerja keras namun tetap gagal. Ada pula mereka yang frustrasi akan nasib, orang-orang yang pernah berada di puncak kehidupan tetapi jatuh ke dasar jurang tanpa ada jalan kembali.
Dan di antara mereka, ada yang dipenuhi keserakahan, ingin melompat ke puncak tanpa peduli harga yang harus dibayar.
Rumah susun itu menjadi target sempurna bagi Madam dan pria bertopi bundar.
---
Malam itu, kabut tipis menyelimuti rumah susun.
Di depan gerbangnya, Madam berdiri anggun, gaun merah gelapnya berkibar lembut dihembus angin malam. Di sampingnya, pria bertopi bundar berdiri diam, sosoknya nyaris menyatu dengan bayangan di sekeliling mereka.
Madam mengamati gedung tua itu dengan mata penuh kepuasan.
"Banyak sekali jiwa yang siap dipetik," bisiknya, jemarinya menyusuri pagar besi berkarat di hadapannya.
Pria bertopi bundar tidak berbicara, tetapi ia mengangkat satu tangannya. Dari balik lengannya yang panjang dan kurus, ia merogoh sesuatu—secarik kertas coklat.
Dengan sekali tiupan dari bibirnya yang tak terlihat, kertas-kertas itu berterbangan, memasuki celah pintu dan jendela rumah susun.
Setiap lembar kertas mendarat tanpa suara, menyelinap ke dalam kamar-kamar penghuni yang sedang terlelap dalam keputusasaan.
Di atas setiap kertas, hanya ada satu kalimat yang tertulis:
"Échangez le Vôtre."
Dan dengan itu, segalanya pun dimulai.
---
Dalam waktu singkat, penghuni rumah susun mulai menemukan kertas-kertas coklat itu.
Seorang pria tua yang terlilit hutang dan tidak tahu bagaimana cara keluar dari kemiskinan menatap kertas di tangannya dengan mata gemetar.
Seorang ibu muda yang ditinggalkan suaminya dan tidak mampu menghidupi anak-anaknya memegang kertas itu erat-erat, air matanya jatuh ke permukaannya.
Seorang pemuda yang kecewa karena hidupnya tak pernah berubah, yang merasa dunia tidak adil kepadanya, membaca tulisan di atas kertas itu berulang kali.
Dan satu per satu, mereka mengetik alamat yang tertera di sana ke dalam komputer atau ponsel mereka.
Setiap orang yang mengakses situs itu melihat pertanyaan yang sama di layar mereka:
"Apa yang ingin kau tukarkan?"
Dengan hati yang dipenuhi harapan dan keputusasaan, mereka mengetik jawaban mereka.
"Aku ingin menjadi kaya."
"Aku ingin anak-anakku hidup bahagia tanpa penderitaan."
"Aku ingin hidupku berubah."
"Aku ingin balas dendam."
Dan setiap kali mereka menekan Enter, mereka tidak pernah menyadari harga yang harus dibayar.
___
Beberapa hari berlalu. Perubahan besar terjadi di rumah susun itu.
Seorang pria tua yang kemarin hidup dalam kemiskinan mendadak kaya raya. Tiba-tiba ada warisan besar yang datang entah dari mana.
Ibu muda yang kesulitan hidupnya kini mendapatkan bantuan keuangan dan suaminya kembali, penuh kasih sayang.
Pemuda yang selama ini gagal dalam hidupnya tiba-tiba mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.
Penduduk rumah susun mulai berbisik-bisik tentang bagaimana kehidupan mereka tiba-tiba berubah begitu drastis.
Namun, keajaiban selalu memiliki harga.
Seminggu kemudian, satu per satu penghuni rumah susun mulai menghilang tanpa jejak.
Pria tua yang mendadak kaya—suatu malam, ia keluar untuk merayakan keberuntungannya, tetapi tidak pernah kembali.
Ibu muda yang keluarganya mendadak harmonis—suatu malam, anak-anaknya menemukan kasurnya kosong, dan dia tidak ditemukan di mana pun.
Pemuda yang sukses—teman-temannya menemukan apartemennya kosong, seolah-olah tidak pernah ada orang yang tinggal di sana.
Dan tidak ada seorang pun yang mengingat mereka.
Setiap kali seseorang menghilang, orang-orang di sekitar mereka perlahan melupakan keberadaan mereka. Seolah-olah mereka tidak pernah ada di dunia ini.
___
Bulan demi bulan berlalu, dan penghuni rumah susun semakin sedikit.
Setiap malam, suara langkah kaki terdengar di lorong-lorong kosong. Kadang-kadang, ada ketukan pelan di pintu kamar kosong, seolah ada seseorang yang masih tinggal di dalamnya.
Orang-orang yang tersisa tidak berani berbicara, tetapi mereka tahu ada sesuatu yang salah dengan rumah susun itu.
Pada akhirnya, mereka yang masih hidup memutuskan untuk pergi, meninggalkan rumah susun yang kini hanya dihuni oleh kesunyian dan bayangan.
Orang-orang di luar mulai menyebutnya sebagai rumah susun berhantu.
Namun, tidak ada yang tahu bahwa penghuninya bukan sekadar hantu biasa.
---
Madam dan Pria Bertopi Bundar Menyaksikan dai kejauhan, di puncak gedung yang menghadap rumah susun itu, Madam berdiri, menatap gedung kosong dengan senyum puas di wajahnya.
"Begitu mudahnya manusia menyerahkan segalanya," katanya, suaranya terdengar seperti melodi yang indah tetapi mematikan.
Di sampingnya, pria bertopi bundar berdiri diam, matanya kosong, mengawasi rumah susun itu seolah memastikan bahwa tidak ada yang tersisa untuk diambil.
Madam berbalik, gaunnya berkibar mengikuti gerakannya. "Sudah waktunya kita mencari tempat baru."
Pria bertopi bundar mengangguk pelan.
Mereka menghilang ke dalam bayangan, meninggalkan rumah susun yang kini hanya menjadi legenda kelam.
Dan di tempat lain,jauh dari sana, secarik kertas coklat kembali terjatuh di kaki seseorang yang sedang putus asa.
Lingkaran kembali berulang.
1 Komentar
Disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa anak anak sangat kreatif dalam berpikir. Tulisan yang sangat unik dari jaman sekarang, terimakasih sudah berusaha. Tetap semangat!
BalasHapus